Rabu, 21 Mei 2008

once upon a time...

Hari pun berlanjut lagi

Pagi ini masih gelap.. masih dingin..

Tapi gerbang sudah dibuka, hm.. masih bapak yang sama sejak aku didirikan. Bapak yang merawat aku sejak 10 tahun lalu. Sejak sekolah ini dipindah dari tanah sebelah yang aku dengar sekarang ditempati MTS PK.. so here I am .. ditengah-tengah lapangan ini. Tegak menjadi saksi siswa-siswa yang terus bertumbuh

Yupz.. it’s absolutely dawn..
Mereka belum datang. Yah.. paling setengah tujuh lah mereka berdatangan. Mungkin sekarang masih ada di asrama masing-masing. Aku melihat sekeliling... dua gedung utama di lahan sempit, pepohonan penyejuk, satu pos satpam, sebuah koperasi mini ^_^
Tapi tempat ini bermakna.... Banyak yang sudah berubah, mereka datang dan pergi, berganti-ganti.. tiap tahun ada wajah-wajah baru. Aku mengamati dari tempatku berdiri, hehe.. geli melihat mereka, dengan wajah ketakutan, dibentak-bentak kakak kelasnya, dikerjain, carut marut mengemis tanda tangan.. kalau tidak salah mereka menyebunya MOS. Tak tahulah.. itu seperti drama bagiku. Mereka mengkeret sebelumnya, tapi tahun berikutnya mereka lah yang didepan, frontliner Executors, balas dendam, semacam lingkaran setan.
Aku memperhatikan mereka dewasa.. aku menyaksikan mereka berganti.. banyak yang berubah, pohon di tengah lapangan dulu sudah pergi..
Bunyi sang pemanggil juga tidak sama. Aku rindu suara bel pagi itu..

Ups... sudah ada yang datang! Seorang gadis. Dia berjalan ke kantor, masuk, dan membawa selembar bendera dengan penuh penghormatan, dan... berjalan ke arahku.
“Pagi pak Atiem..” sapanya kepada bapak yang datang paling pagi tadi. Bapak itu mengangguk.
Gadis itu lalu mengurai taliku.. ya ampun aku hampir lupa, setiap pagi memang ada saja yang memasangkan bendera ke tubuhku.
“Selamat pagi, Bendera..” sapaku pada si bendera, dia tersenyum riang melambai-lambai.
“Pagiii.. cerah sekali hari ini!” sahutnya. Yah.. kami bersama sampai nanti sore. Sampai dia diturunkan lagi. Setelah sampai puncak, gadis itu mangeratkan lagi taliku, mundur satu langkah, dan menghormat.. hmph.. aku tak dapat berkata-kata lagi, hanya berpikir alangkah bangganya negeri ini jika masih ada generasi muda yang menghargai sakanya..
Merah putih barkibar pelan dengan sahaja..

Satu persatu mereka berdatangan, sendiri-sendiri, atau berombongan. Saling menyapa, saling berbincang atau sekedar mengedikkan bahu. Dulu sempat satu masa aku melihat mereka berangkat dalam barisan, rapih, disiplin sekali.. namun sayang, sekarang sudah tak penah aku melihat barisan itu. Sesekali para guru datang, siswa-siswa serempak mengucapkan salam dan mencium tangan beliau dengan takzimnya.. ”barokallah.. barokallah...” kadang aku mendengar bapak-ibu guru berucap haru. Sampai sekarang pun aku masih juga merasakan aura akhlak yang mungkin tidak aku temukan di luar sana. Sungguh indah..

Jam 06.45, bel terdengar keras sekali. Melodinya sudah sangat aku hafal
”grrrreeeeeeekk...” gerbang mulai ditutup, hahaha...dari kejauhan banyak dari mereka yang lari pontang-panting. Lucu.. melihat mereka mengejar bel pagi, meloloskan diri dari gerbang yang mulai merapat perlahan.. dan menghela nafas dengan penuh syukur atau tersenyum kemenangan. Tak sedikit yang tertinggal di luar gerbang tertutup. mereka selalu diberi secarik kertas yang mereke sebut ”kertas poin”. Apakah akan diundi di akhir tahun? Aku tidak mengerti.. ^_^
Setelah keributan kecil di pagi itu, beberapa jam sekolah ini akan terlihat sepi. Sayup-sayup terdengar suara mengaji dari kelas-kelas, beberapa guru berkeliling sekedar mengecek kegiatan pagi itu. ”come on! Come on! English morning.. english merning” ajak bapak itu. ”yeess siiirrrr....” sahut mereka serempak.. 15 manit barlalu, terdengar bel lagi, para guru mulai masuk ke kelas, menunaikan tugas mulia mereka. Mencerdaskan anak bangsa. Di satu kelas masih banyak yang di luar. Jam kosong aku duga. Hehe… aku mengerti.

Oh.. siapa itu?? Geriknya tidak biasa. Seorang anak lelaki berjalan keluar kelas. Pandangannya mengawasi sekeliling. Tapi aku mengawasinya. Dia berjalan kearah tangga yang tepat di belakangku. Dia pikir tak ada seorang pun yang melihatnya. Seorang lagi keluar dari kelas dilantai dua. Kali ini seorang gadis. Dia juga menuju tangga. Aku sering melihat mereka. Dan … kajadiannya cepat sekali! Kecepatan cahaya (ups.. aku hiperbolis =). Sembari menuju kamar mandi, tangan anak lelaki itu mengulurkan kertas terlipat kearah pegangan tangga. Secepat kilat gadis itu menyambut ulurannya, mengambil kertas itu dan kemudian langsung balik badan kembali ke atas seolah tak terjadi apa-apa.. tapi raut wajahnya gembira sekali. Ia tersenyum-senyum. Aku ikut tersenyum. Satu surat terkirim lagi…

Aku adalah saksi kejadian-kejadian kecil di sini. Aku menyaksikan semua yang mereka kerjakan. Aku sadar sudah banyak yang pergi dari sekolah ini. Sedikit sekali yang ingat untuk kembali. Sekedar menjenguk almamaternya, menjenguk tempat yang mengajarkan mereka banyak hal, menjenguk aku barang kali? Aku mengerti, mereka pargi untuk hal yang mereka kejar. Sekolah ini hanya salah satu settle penuntun takdirnya. Yang berusaha menjadikan mereka manusia seutuhnya. Kelak mereka akan maengajarkan banyak hal yang mereka dapat dari sini ke orang-orang di sekeliling mereka, kepada anak-anak mereka nantinya. Kenangan akan tempat ini tek akan pernah mati. Aku yakin itu. A never ending story.

Bel terdengar lagi.. ah.. aku terlalu banyak bicara rupanya. Ini sudah sore. Matahari bersinar kuat, silau senja tepat di hadapanku. Mereka menghambur keluar dari kelas. Berjalan menyemut keluar gerbang. Beriringan, lalu melambaikan tangan di ujung jalan. ”sampai besok, sampai besok” kataku pada mereka. Itu pun kalau mereka dapat mendengarku.
Gadis yang tadi pagi mengibarkan bendera menghampiriku lagi. Kali ini dia bersama temannya. Dia memandang bendera sukup lama, dan dengan kode temannya dia dan temannya menghormat bersamaan. Sejenak. Kemudian tangannya diturunkan lagi. Mereka lalu mulai membuka ikatan taliku. Dan mengulurnya perlahan. salah satu dari mereka menahan tali agar bendera tidak meluncur kebawah dan yang lainnya berusaha menggapai si bendera. Dia berkibar pelan menyapaku. Aku tau maksudnya. ”sampai besok kawan..” balasku.
Tugas kedua gadis itu sudah salesai sekarang. Bendera diantarkan mereka ke tempatnya beristirahat malam ini. Aku hanya berharap malam nanti tidak hujan agar taliku tak melapuk. Agar tidak putus di tengah upacara. pandanganku mengikuti kedua gadis itu berjalan menjauh keluar gerbang. Bapak yang tadi pagi mengunci semua pintu.. meja-meja akan beristirahat dengan aman.

Satu hari berlalu lagi..
Sampai besok. Aku masih ingin melihat semangat kalian esok pagi..

Regrads,
Tiang Bendera

1 komentar:


  1. Balada si tiang bendera nan stia kpd skelilingnya..,hmm..thaks to yg posting nih crita,sungguh suatu narasi yg indah..

    BalasHapus